Deskripsi：Dalam hujan deras yang tiba-tiba turun di atas sebuah gubuk, Putri Li Conghuan dari Zizhou melahirkan seorang bayi yang lahir mati. Wajahnya pun menjadi pucat, sementara kekasihnya tidak terlihat di mana pun. Li Conghuan bergegas keluar meskipun tubuhnya lemah, hanya untuk melihat sosok kekasihnya yang telah menjauh. Pangeran kedua Qingzhou, Mo Jin, menunggang kuda dan meninggalkannya. Ia mencoba menuntun seekor kuda dari kandang tetapi pingsan karena kelelahan. Saat tapak kuda menginjak tanah membawa kekasihnya pergi, Li Conghuan tidak memiliki apa pun selain kebingungan dan kebencian di hatinya. Setahun kemudian di istana Qingzhou, kaisar yang duduk di atas takhta memimpin pernikahan pangeran tertua Qingzhou, Mo Yan, dan seorang putri. Pangeran kedua, Mo Jin, hadir dengan ekspresi dingin, acuh tak acuh terhadap upacara tersebut. Saat Mo Yan mengangkat kerudung pengantin untuk mencium sang pengantin, cangkir arak Mo Jin terlepas dari tangannya saat ia menatap tajam ke arah sang pengantin—itu adalah mantan kekasihnya, Putri Li Conghuan! Selama perayaan, Li Conghuan menyajikan teh pernikahan, sementara Mo Jin menahan diri dengan setiap gerakan, berpura-pura tidak mengenal Li Conghuan. Li Conghuan tersenyum cerah bagaikan bunga, tetapi saat Mo Jin meminum tehnya, kepahitanlah yang dirasakannya… Ternyata pernikahan antara Li Conghuan dan Mo Yan tidak lebih dari sekadar kerja sama. Masing-masing punya motif—satu untuk kekuasaan, yang lain untuk balas dendam...